Melihat ke Dalam dan Menggali Potensi
14 April 2011
Saat ini, kita telah berada dalam perubahan yang sangat dinamis. Namun, satu hal yang tidak boleh berubah adalah kita harus mempunyai tujuan menjadi seseorang yang "lebih baik" agar berhasil mengelola setiap masalah dan berhasil mencapai target yang diharapkan. Banyak media sudah sering mengulas mengenai perkembangan teknologi, sumber daya alam yang menipis, pergolakan perekonomian dunia, politik dan regulasi yang diharapkan mendukung, namun yang lebih penting adalah sumber daya manusia yang akan mengendalikan situasi. Sumber daya manusia semakin disadari telah menjadi aset utama. Jika potensinya dikelola dengan optimal maka akan menghasilkan kualitas sebagai "excellent people" yang akan membangun "excellent organization".
Rubrik "Budaya Unggul" akan menginspirasikan banyak hal yang positif yang akan bermanfaat dalam proses pembelajaran. Rubrik ini dipandu oleh Dra Puspita Zorawar, M.Psi.T, praktisi, trainer dan pembicara di Bidang Organizational Development dan Personal Development, Managing Partner ExcellencIA.
Seorang ibu muda, dengan tubuh langsing, kulit terang dan rambut panjang indah tergurai menceritakan perasaannya yang bergejolak dalam sebuah workshop yang kami selenggarakan. Sebutlah ia, Ibu Retno. Beranjak dari masa remajanya, Ibu Retno merasa adik perempuannya jauh lebih cantik. Tentu saja hal tersebut sangat menyiksa dirinya dan mempengaruhi rasa percaya diri.
Mengapa sang kakak yang seharusnya menjadi contoh, tidak merasa menang dalam persaingan penampilan dengan sang adik? Walaupun suaminya selalu menasihati Ibu Retno, agar tidak selalu memikirkan hal tersebut, namun tetap saja Ibu Retno merasa masih ada kekecewaan yang terpendam. Sampai-sampai Ibu Retno tidak bisa menyadari jika dirinya mempunyai beberapa hal yang sangat positif dalam dirinya yang dapat dikembangkan sebagai “aset”. Misalnya, kemampuannya dalam berbahasa Inggris, adalah salah satu potensi yang tidak kecil. “Aset utama” Ibu Retno dalam berbahasa Inggris ini telah membuatnya menjadi seseorang dengan penghasilan memadai.
Aset Utama Organisasi
Dari cerita di atas, kita dapat menengok sejenak ke belakang, bahwa era industri (industrial economy) yang dimulai pada 1800-an memandang suatu keberhasilan/kesuksesan dinilai dari kepemilikan modal dan produksi barang. Namun, saat ini kita telah masuk pada era knowledge (knowledge economy) yang dimulai pada 1900-an.
Pada era ini people (manusia) dan knowledge (pengetahuan) sebagai aset utama setiap organisasi dalam menghadapi persaingan global. Bapak manajemen dunia, Peter Drucker (1993), menyatakan bahwa pengetahuan adalah satu-satunya sumber daya ekonomi yang berarti. Hal ini telah membuat kesadaran di beberapa organisasi melaksanakan resources based view (melihat potensi ke dalam organisasi), yaitu pengetahuan seluruh anggota organisasi telah menjadi aset utama organisasi untuk dapat melaksanakan inovasi yang berkelanjutan.
Kebiasaan melihat ke dalam memang membutuhkan waktu dan proses. Setiap individu dan organisasi sama-sama menghadapi tuntutan eksternal yang begitu cepat berubah dan harus cepat direspons. Oleh karena itu, waktu untuk melihat ke dalam sering tidak diprioritaskan dalam keseharian kita. Dalam meeting management-nya, organisasi lebih fokus memberikan perhatian mengenai strategi menghadapi persaingan, apakah organisasi harus membeli software atau aplikasi teknologi baru untuk menjawab kompetisi menambah market share produk atau jasa yang dijual. Dinamika usaha mendapatkan pelanggan baru begitu membutuhkan perhatian dan waktu, organisasi sering tidak memprioritaskan konsolidasi internal organisasi.
Seperti halnya, rutinitas dan tanggung jawab kita sebagai individu dengan berbagai peran sebagai suami/istri, orang tua, anak, profesional, wirausaha, pelayan sosial, sering membuat kita tidak mempunyai cukup kesempatan dan waktu mengenali lebih jauh tentang siapakah diri kita sebenarnya? Komunikasi dalam diri kita yang disebut komunikasi intrapersonal telah terabaikan karena waktu kita telah dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yaitu komunikasi kita dengan keluarga, tetangga, rekan kerja atau atasan kita yang sering diprioritaskan karena adanya target “hasil pembicaraan” untuk menentukan langkah selanjutnya.
Seperti layaknya sebuah proses, memang harus diawali dari langkah pertama, tidak langsung ke langkah kelima, bukan? Pendekatan manajemen strategik resources based view – melihat ke dalam (potensi organisasi), menjadi proses awal organisasi menggali potensi pengetahuan karyawan sebagai aset utama organisasi.
Suatu pertanyaan yang menggelitik kita adalah apakah kita sebagai individu sudah menyelesaikan langkah awal kita masing-masing untuk melihat ke dalam diri dan menggali potensi kita sehingga dapat menjadi aset utama dalam organisasi atau komunitas tempat kita berkarya?
Percaya Diri
Di akhir sesi workshop, Ibu Retno menghela napas bahagia atas kejutan yang dia terima dalam workshop tersebut karena rekan-rekan peserta menyatakan dia sebagai salah satu pemenang dalam kompetisi internal di antara peserta workshop. Senyum Ibu Retno mengembang dalam menyampaikan tekadnya dengan penuh percaya diri, bahwa ia akan melangkah ke depan menjadi master of ceremony (MC) berskala nasional. Ia juga bersyukur mempunyai banyak kelebihan yang mendukung profesinya tersebut. Jadi, proses melihat ke dalam dan menggali potensi sering memerlukan beberapa orang lain untuk memberikan masukan dan mengukuhkannya.
Belum Ada Komentar